Rabu, 23 Desember 2009

Sinopsis BBF eps. 12

Jun-pyo yang merangsek masuk langsung disergap oleh anak buah Jae-ha, yang langsung memerintahkan supaya pria itu dihajar. Namun meski memuntahkan darah, Jun-pyo bergeming dan menolak ketika diminta supaya melepaskan Jan-di.

Jan-di semakin tidak tega melihat Jun-pyo yang tidak berdaya, dan dengan cepat menggunakan tubuhnya untuk menangkis kursi yang hendak dipukulkan Jae-ha. Akibatnya, gadis itu langusng jatuh pingsan. Untungnya tak lama kemudian muncul Ji-hoo, Yi-jung, dan Woo-bin. Tanpa kesulitan, ketiganya mampu menguasai keadaan dan meringkus Jae-ha.

Saat tersadar, Jan-di telah terbaring di rumah sakit dengan Jun-pyo, yang duduk di kursi roda, disampingnya. Bukannya berusaha menghibur, Jun-pyo malah memarahi Jan-di yang nekat menggunakan tubuhnya untuk melindungi pria itu. Keruan saja, Jan-di tidak terima dan keduanya kembali adu mulut.

Keadaan dirumah Jan-di tidak kalah genting, sang ayah diseret oleh para penagih hutang dan diancam bakal diambil salah satu organ tubuhnya kalau tidak bisa melunasi. Dalam keadaan putus asa, ibu Jan-di mendatangi Nyonya Kang dan sambil berlutut, memohon supaya presiden grup Shinhwa itu mau menolong keluarganya.

Melihat wanita itu mempermalukan dirinya, Nyonya Kang tersenyum puas dan langsung menolong ayah Jan-di dengan melunasi hutang-hutangnya. Ketika Jan-di pulang kerumah, kedua orangtuanya langsung menjelaskan apa yang terjadi serta imbasnya terhadap hubungan sang putri dengan Jun-pyo.

Berdasarkan keputusan bersama, Jan-di mendatangi Nyonya Kang untuk mengembalikan hutang keluarganya. Seperti yang bisa ditebak, perang antara keduanya dimulai yang diakhiri dengan penolakan Jan-di untuk berpisah dengan Jun-pyo.

Tidak tahu apa yang terjadi, Jun-pyo bersama F4 mengajak Jan-di dan Ga-eul berlibur di tempat ski. Sempat ragu-ragu akibat ucapan Woo-bin, Jun-pyo akhirnya memberanikan diri untuk memberikan hadiah berupa kalung bermotif unik kepada Jan-di.

Hadiah kalung dari Jun-pyo kontan membuat trio siswi populer Shinhwa Jin-Sun-Mi iri, ketiganya diam-diam merebut kalung tersebut. Kontan saja, Jan-di langsung kelabakan dan akhirnya mengaku kepada Jun-pyo. Sempat jengkel, Jun-pyo melampiaskan kekesalannya pada boneka salju sebelum akhirnya masuk kembali ke kabin.

Mengira kalau yang didengarnya adalah langkah kaki Jan-di, wajah Jun-pyo langsung sumrigah dan sudah bersiap untuk memarahinya lagi. Siapa sangka, yang muncul ternyata adalah anak buah Nyonya Kang. Meski sempat melawan, Jun-pyo akhirnya mengikuti mereka.

Saat mencari kalungnya yang hilang, Jan-di dikerjai oleh trio penggemar F4 Jin-Sun-Mi tanpa sadar kalau dirinya dijebak. Keruan saja, ia tidak bisa lolos saat badai salju datang. Tanpa sengaja, Ji-hoo mendengar tentang Jan-di, dan langsung menghubungi Jun-pyo.

Cukup cerdik meski sebagai tawanan, Jun-pyo akhirnya lolos dan langsung mencari Jan-di ditengah badai salju yang semakin lebat. Ia akhirnya menemukan Jan-di terbaring lemah, dan tanpa berpikir panjang langsung membopong gadis itu ke sebuah kabin. Melihat kekasihnya menggigil kedinginan, Jun-pyo melepas mantelnya dan memberikannya pada Jan-di.

Tersentuh oleh kebaikan hati Jun-pyo, Jan-di berjanji bakal mengabulkan apapun permintaan pria itu. Dengan tersenyum tipis, Jun-pyo meminta dibuatkan bekal, yang langsung diangguki Jan-di. Ditengah suasana yang begitu romantis, keduanya berciuman dengan mesra.

Keesokan harinya setelah badai reda, Jun-pyo dan Jan-di kembali ke tempat dimana rekan-rekan F4nya dan Ga-eul berada. Ji-hoo yang berhasil menemukan kalung Jan-di langsung mengembalikannya ke gadis itu, yang kemudian disibukkan oleh kegiatan baru : membuat bekal untuk Jun-pyo (dengan motif unik).

Telah menunggu cukup lama, Jan-di tidak sadar kalau Jun-pyo harus segera terbang ke luar negeri karena sang ayah mendadak jatuh pingsan saat berada di China. Tahu kalau Jan-di akan terus menunggu, Jun-pyo meminta Ji-hoo untuk menjemput gadis itu. Muncul dengan sepeda motor, Ji-hoo meminta Jan-di untuk bergegas karena pesawat Jun-pyo bakal berangkat.

Sayang kedatangan mereka terlambat, pesawat grup Shinhwa telah terbang dan Jan-di hanya bisa menatap dengan cucuran air mata. Dari atas pesawat, Jun-pyo mengirim pesan singkat yang isinya meminta Jan-di untuk menunggu kepulangannya...dan mengungkapkan perasaan terdalamnya pada sang kekasih.

Tidak ada komentar: